1. Nama yang berhubungan dengan Allah ialah; al-Wahid atau Ahad (Yang Maha Esa), al-Haqq (Yang Maha Benar), al-Quddus (Yang Maha Suci) al-Shamad (Yang
segala sesuatu bergantung kepada-Nya) sedang DIA sendiri tak bergantung kepada
siapa pun, al-Ghani (Yang Maha-cukup sendiri) al-Awwal (Yang paling awal),
al-Akhir (Yang paling akhir), al-Hayyu (Yang hidup kekal), al-Qayyum (Yang maujud sendiri).
2. Nama yang berhubungan dengan makhluk Allah ialah; al-Khaliq (Yang menciptakan), al-Bari (Yang menciptakan ruh), al-Mushawwir (Yang membentuk), al-Badi’ (Yang menciptakan pertama kali).
3. Nama yang berhubungan dengan sifat cinta kasih Allah (selain sifat Rabb, Rahman dan Rahiim) ialah; al-Rauf (Yang Maha kasih sayang), al-Wadud (Yang penuh cinta kasih), al-Lathif (Yang lembut hati), al-Tawwab (Yang berulang-ulang kasih sayang-Nya), al-Halim (Yang Maha penyantun), al-’Afuwwu (Yang Maha Mengampuni), al-Syakur (Yang melipat ganjaran), al-Salam (Pencipta perdamaian), al-Mu’min (Yang menganugrahkan keamanan), al-Barru (Yang dermawan), Rafi’ud-Drajat (Yang meninggikan drajat), al-Razzaq (Pemberi rezeki), al-Wahhab (Yang Maha Memberi), al-Wasi’ (Yang melimpah pemberian-Nya).
4. Nama yang berhubungan dengan keagungan dan kemuliaan Allah ialah; al-’Adzim (Yang Maha agung), al-’Aziz (Yang Maha perkasa), al-’Aliyyu atau Muta’al (Yang Maha Luhur), al-Qawiyyu (Yang Maha Kuat), al-Qahhar (Yang Maha unggul, al-Jabbar (Yang memperbaiki segala sesuatu dengan kekuatanyang luar biasa), al-Mutakabbir (Yang memiliki kebesaran), al-Kabir (Yang Maha-besar), al-Karim (Yang Maha-mulia), al-Hamid (Yang Maha-terpuji), al-Majid (Yang Maha Jaya), al-Matin (Yang Maha-Kuat), azh-Zhahir (Yang menang), Dhul-Jalali wal-Ikram (Yang mempunyai keagungan dan kemuliaan).
5. Nama yang berhubungan dengan ilmu Allah ialah; al-’Alim (Yang Maha Tahu), al-Hakim (Yang Maha bijaksana), as-Sami’ (Yamg Maha melihat), asy-Syahid (Yang Maha menyaksikan), ar-Raqib (Yang Maha mengawasi), al-Bathin (Yang Maha tahu segala sesuatu yang tersembunyi), al-Muhaimin (Yang menjaga semuanya).
6. Nama yang berhubungan dengan penguasaan Allah terhadap makhluk ialah; al-Qadir atau Muqtadir (Yang Maha-kuasa), al-Wakil (Yang mengurus segala sesuatu), al-Waliyyu (Yang melindungi), al-Hafizh (Yang memelihara), al-Maalik (Raja), al-Malik (Yang memiliki), al-Fattah (Yang memutus perkara), al-Haasib atau al-Hasiib (Yang menghitung), al-Mutaqim atau Dhun tiqam (Yang menimpakan pembalasan), al-Muqith (Yang menguasai segala sesuatu).
Nama Allah yang di ambil dari beberapa perbuatan atau sifat Allah yang disebutkan dalam al-Qur’an ialah; al-Qabidlu (Yang menyempitkan), al-Basithu (Yang melapangkan), al-Rafi’u (Yang meninggikan), al-Muizzu (Yang memberi kehormatan), al-Mudhillu (Yang mendatangkan kehinaan), al-Mujib (Yang mengabulkan do’a), al-Baits (Yang membangkitkan dari kubur), al-Muhsyi (Yang mencatat segala sesuatu), al-Mubdi (Yang memulai), al-Mu’id (Yang mengulangi), al-Muhyi (Yang memberi hidup), al-Mumit (Yang menyebabkan mati), Malikul-mulk (Yang memiliki kerajaan), al-Jami (Yang menghimpun) al-Mughni (Yang memperkaya), al-Mu’thi (Yang memberi), al-Mani’ (Yang menahan atau mencegah), al-Hadi (Yang memberi petunjuk), al-Baqi (Yang kekal), al-Waris (Yang mewariskan segala sesuatu).
Adapun sisa dari 99 asma’ul-husna ialah; an-Nur (Cahaya), sebenarnya ini bukan nama Allah. Allah Ta’ala di sebut Nur dalam arti Yang memberi cahaya (QS.24:35); ash-Shabur (Yang Maha-sabar), ar-Rasyid (Yang menunjukkan), al-Muqsith (Yang tak berat sebelah), al-Wali (Yang memerintah), al-Jalil (Yang penuh kebesaran), al-’Adlu (Yang Maha adil), al-Khafidlu (Yang memelihara), al-Wajid (Yang maujud), al-Muqaddim (Yang terdahulu), al-Muakhir (Yang terakhir), adl-Diarr (Yang mendatangkan kemalangan), an-Nafi’u (Yang memberi faedah). Masih ada dua sifat Allah yang berhubungan dengan kalam (firman) dan iradah (kehendak).
Sifat cinta kasih Allah dalam al-Qur’an lebih ditonjolkan ketimbang Kitab Suci yang lain. Bukan saja setiap surat diawali dengan dua sifat Rahman dan Rahim, ini menunjukkan bahwa kasih sayang Allah itu amat menonjol, bahkan al-Qur’an melangkah lebih jauh lagi, dengan memberi tekanan berat kepada Maha-luasnya rahmat (kemurahan) Allah yang tak terhingga. Berikut ini beberapa contoh yang disebutkan dalam al-Qur’an :
”Ia telah menetapkan rahmat atas diri-Nya” (QS.6:12 & 54).
”Tuhan kamu adalah Tuhannya rahmat yang maha-luas” (QS.6:164).
”Dan kasih sayang-Ku meliputi segala sesuatu” (QS.7:156).
”...kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS.11:119).
”Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (QS.39:53).
”Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu,” (QS.40:7).
Rahmat Allah begitu besar, hingga itu merangkum kaum mukmin dan kaum kafir, sebagaimana diuraikan dalam ayat tersebut. Malahan para musuh Nabi juga dikaruniai rahmat Allah. Al-Qur’an menyatakan:
”Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS.10:21).
Gambaran sifat Allah yang dilukiskan dalam al-Qur’an dari awal hingga akhir, semuanya berupa cinta dan kasih sayang; dan sementara sifat kasih sayang Allah diuraikan dengan berbagai nama dan diulang beratus kali, sifat Allah menimpakan siksaan – Yang menimpakan pembalasan – hanya tercantum empat kali saja di seluruh al-Qur’an.
1. ”Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya.” (QS.3:30),
2. ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.” (QS.5:95),
3. ”Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-raaul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan.” (QS.14:47), dan
4. ”Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab?” (QS.39:37).
Tinggalkan-komentar



