Membantah Pandangan Wahabi Mengenai Ziarah Qubur Nabi Muhammad SAW

Atur ukuran font . . . . Perkecil  Reset  Perbesar 
Sabda Nabi : "Barang siapa yang mendatangiku dengan tujuan ziarah, yg dia tidak punya keperluan lain, kecuali untuk menziarahiku, maka haq bagi Allah untuk menjadikan aku sebagai orang yang memberinya syafa'at di hari qiyamat (H.R Addaruquthni).
Dari Ibnu Umar, Nabi bersabda : "Barang siapa berhaji, lantas kemudian menziarahiku setelah wafatku, maka dia seperti halnya menziarahiku di waktu hidupku" (H.R addaruquthni).

Dari hadits diatas sudah dapat disimpulkan, bahwa kedudukan Rasulullah, seblum dan setelah wafatnya adalah sama, beliau tetap bisa melihat kita umatnya yang menziarahinya, bukti Rasul hidup di dalam quburnya yaitu hadits yang terdapat di kitab Riyadhusshalihin pada bab kitabusshalah 'ala Rasulillah, dari Aus bin Aus, Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya hari yang paling utama diantara hari-hari kalian adalah hari jum'at, maka perbanyaklah membacakan shalawat kepadaku di dalamnya, sesungguhnya shalawat kalian itu dihidangkan kepadaku, para sahabat bertanya : Bagaimana shalawat kami bisa dihidangkan kepadamu wahai Rasulullah bila mana jasadmu telah hancur (wafat)?, Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada bumi jasad para nabi-nabi." (H.R abu dawud dengan sanad yang shohih), Sudah jelas, jasad Rasulullah tdk rusak dimakan bumi, kok bisa2ya wahaby mau meratakan qubur Rasulullah dengan tanah? Mafi adab! Kmdian hadits berikutnya, diriwayatkan olh Abu Hurairah, Rasululloh brsabda : Tidak seorangpun yang berkirim salam kepadaku, kecuali Allah akan mengembalikan ruhku, sehingga aku membalas salamnya (H.R Abu Dawud dengan sanad yang shohih).

Coba kita pikir, Setiap saat pasti ada orang yg bersholawat dan berkirim salam kepada Rasulullah, & saat itu pula , ruh Rasul di kembalikan ke jasadnya yang suci. Bgmn wahaby berkeyakinan, stlh wafatnya, beliau hanya seonggok jasad yg berkalang tanah? Apa wahaby ndak ingin salamnya dijawab oleh Rasulullah? Sehingga orang-orang yg mau menziarahi beliau didepan quburnya malah dibentak-bentak dan diteriak-teriaki syirik oleh muthawwe'2 wahaby. Kemudian ayat Al Quran yang menyatakan bahwa Rasulullah kelak akan menjadi saksi bagi umatnya, yaitu albaqarah 143 , "dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat islam), umat yang 'adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar RASUL (NABI MUHAMAD) MENJADI SAKSI ATAS (PERBUATANMU). Rasul menjadi saksi bagi umat islam, karena dari dalam kuburnya pun Rasul melihat kehidupan kita. Apakah yang di saksikan Rasul hanya ummat yang beliau jumpai ketika beliau masih hidup?, terus umat mulai generasi tabi'in sampai sekarang ini, Rasulullah tidak dapat menjadi saksi? Kalau kita mengikuti faham wahaby, sungguh kasihan umat saat ini. Apalah artinya kita beragama Islam, tapi Rasulullah tidak dapat menjadi Saksi atas keislaman kita? RASUL SeBaGAi SAKSI BAGI UMATNYA TERTUANG JUGA DI SURAT ANNISA' 41,ANNAHL 84,89, ALHAJJ 87.
Intinya biarpun Rasulullah sudah wafat beliau masih menyaksikan kehidupan ummatnya, dan kelak beliau akan menjadi saksi bagi kita ummatnya. Itu tidak sangsi lagi bahwa beliau Rasulullah menyaksikan kehidupan umatnya di alam kuburnya.

Wahaby melarang ziarah kubur Rasulullah dengan berdasar atas hadits riwayat AlBukhari " Tidak boleh dipersiapkan kendaraan, kecuali hanya untuk mendatangi tiga masjid, masjidku ini (nabawi), masjidil haram dan masjidil aqsa ", hadits itu tidak ada kaitanya dengan pelarangan Rasulullah akan ziarah quburnya, hadits itu menerangkan akan keutamaan ke 3 masjid tersebut atas masjid-masjid lainya, dan masjid-masjid selain ke 3 nya itu mempunyai kedudukan sama. Semisal, kita tidak usah jauh-jauh menyiapkan kendaraan cuma untk shalat di masjid istiqlal, toh pahalanya sama dengan kita shalat di masjid kampung kita sendiri. Lah, nabi melarang yang begitu itu, pelarangan itu pun hanya sebatas makruh bukan haram, karena hadits yg lain riwayat Albukhari mengatakan bahwa Nabi setiap hari sabtu pergi shalat ke masjid Quba.

Kalaupun hadits itu difahami secara tekstualnya saja, malah akan rancu, karena disitu seakan akan memberikan larangan kalau kita tidak boleh bepergian kemanapun (dengan mnyiapkan kendaraan) kecuali bepergian ke 3 masjid tersebut. Lah, bagaimana kita mau pergi kerja, silaturahim dll?, Lagian, apalah arti Madinah kalau Rasul tidak hijrah kesitu, apalah arti Masjid Nabawi kalau tidak dibangun Rasulullah, lebih afdhal mana? Menziarahi orang yang membangun masjid sama masjid yang dibangun? Cuma orang tolol bin bahlul yang mengatakan lebih afdhal Masjidnya. Masjid nabawi tidak akan memperoleh kemuliaan jika tidak dibangun oleh tangan suci beliau dan Takkan dikatakan masjid nabawi, kalau tidak ada jasad Nabi bersemayam disitu.

Wahaby lagi-lagi melarang ziarah qubur Rasulullah dengan berdasar pada hadits yang diriwaytkan Abi Hurairah " Jangan kalian jadikan quburku sebagai tempat perayaan, dan bershalawatlah kalian kepadaku dimanapun kalian berada, karena sesungguhnya shalawat kalian itu akan sampai padaku (H.R Abu Aawud dengan sanad yang shahih). Poin yg pertama, Hadits itu bukan larangan mutlak menziarahi Qubur Rasulullah, tapi larangan Su'ul adab dalam menziarahi qubur beliau, sehingga beliau melarang bila quburnya dijadikan tempat perayaan dan bersenang-senang, adapun adabnya kita menziarahi beliau dengan hati yang tawadhu' dengan berharap beliau menjawab salam kita, dan berharap beliau mendoakan kita, serta berharap beliau menjadi orang yang menjadi syafa'at bagi kita, sebagaimana keterangan hadits diatas yang diriwayatkan Adduruquthni, bahwasanya menziarahi Rasulullah setelah wafat itu sama halnya menziarahi beliau dikala waktu hidup. Poin yang kedua, Hadits itu sebagai penyemangat, supaya kita selalu memanjatkan shalawat kepada beliau, dimanapun kita berada, tidak terkhusus tatkala kita menziarahi beliau, tapi di mana saja dan kapan saja, karena sesuai dengan hadits yang diriwayatkan imam muslim, dari abdullah bin 'amr bin 'ash, Rasulullah bersabda : "Barangsiapa bershalawat kepadaku 1 kali, maka Allah akan membalasnya 10 kali".

Wallahu a'lam bisshawab. Yarabbana laa taqtha' Raja-anaa Rabbana balighnaa linazuuruh shalallah alayhi wasallam.

Tinggalkan-komentar